MDMC DIY Kirim 29 Relawan ke Aceh, Misi Berat Buka Layanan Darurat di Wilayah Terdampak Banjir dan Longsor
- account_circle Warjono
- calendar_month Jum, 5 Des 2025
- comment 0 komentar

Simbolis pemakaian rombi untuk relawan MDMC yang siap berangkat ke lokasi bencana di Aceh. (istimewa)
TERAS MALIOBORO–Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Lembaga Resiliensi Bencana (LRB/MDMC) dan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU) DIY, resmi memberangkatkan tim relawan kemanusiaan untuk merespons bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sebagian besar wilayah Aceh.
Total 29 personel dari berbagai bidang akan menjalankan misi kemanusiaan berat selama 30 hari, fokus untuk membuka layanan darurat di wilayah Aceh bagian tengah dan selatan, khususnya di Gayo Lues yang baru saja terbuka akses jalurnya.
Ketua LRB/MDMC DIY, Indrayanto, menjelaskan bahwa tim awalnya diarahkan ke Bireuen, namun kini diminta untuk fokus di Aceh bagian tengah dan selatan dengan home base di Gayo Lues.
“Tugas ini berat karena kita harus buka lahan. Gayo Lues dan Aceh Tengah baru kebuka kemarin jalurnya,” ujar Indrayanto.
Tim yang diberangkatkan merupakan kloter pertama dengan komposisi personel yang sangat terstruktur. Terdiri dari Tim Kesehatan dan Obat: 5 personel (bergantian per 15 hari). Tim Pendampingan Psiko Sosial: 10 personel, Tim Logistik: 10 personel dan Data Informasi dan Manajemen Posko: 4 personel.
Tim non-medis dijadwalkan bertugas penuh selama 30 hari untuk kloter pertama, sementara tim medis akan bergantian per 15 hari untuk menjaga stamina dan fokus. Mereka akan difasilitasi oleh Tim MDMC Aceh untuk memastikan kelancaran akses dan penugasan.
Dampak Bencana Meluas, Kebutuhan Kesehatan Mendesak
Situasi di lapangan masih dalam masa tanggap darurat. Listrik belum stabil, dan akses jalan masih sangat terbatas. Tim relawan ini dihadapkan pada tantangan untuk menjadi yang pertama membuka posko dan menyediakan 6 jenis layanan vital bagi warga, yaitu Layanan kesehatan, Layanan psiko sosial, Kebutuhan makanan, Kebutuhan air bersih, Kebutuhan hunian darurat dan Layanan mendirikan pendidikan darurat.

Perwakilan tim relawan bersama jajaran pimpinan Muhammadiyah, menjelang pemberangkatan tim ke Aceh, Kamis 11/11/2025). (warjono/terasmalioboro.id)
Direktur RS PKU Muhammadiyah Bantul, dr. Nurcholid Umam Kurniawan, yang pernah menjadi bagian dari respons tsunami Aceh 20 tahun lalu, mengungkapkan kekhawatirannya tentang dampak bencana kali ini.
“Ini jauh lebih berat. Tsunami dulu yang kena hanya bibir pantai barat Aceh. Yang sekarang merata. Seluruh wilayah Aceh dari Banda Aceh sampai Aceh Selatan terdampak. Saya sangat yakin korbannya mencapai ribuan,” kata dr. Nurcholid.
Ia juga menyampaikan informasi yang memprihatinkan dari jalur kesehatan bahwa nyaris tidak ada rumah sakit yang berfungsi di wilayah terdampak, kecuali RS Zainul Abidin. Ia berpesan agar para relawan kesehatan dan psiko sosial berupaya keras mengaktivasi kembali rumah sakit atau puskesmas di sana.
Aspek Kemanusiaan dan Kolaborasi Mitra
Ketua LAZISMU DIY, Jefree Fahana, menegaskan bahwa ini adalah pemberangkatan tahap pertama dari LAZISMU dan merupakan hasil kerja sama dengan semua mitra.
“LAZISMU merespons, kita kerja sama dengan semua mitra. Di LAZISMU sudah instruksi ke kantor untuk berperan aktif dalam rangka sukseskan program ini. Kebutuhan di lapangan tentu sangat besar,” jelas Jefree.
Wakil Bendahara PWM DIY, Dede Haris Sumarno, mengingatkan para relawan untuk memahami aspek kemanusiaan dan meniatkan keberangkatan lillahi ta’ala. “Kita di sini bisa makan dengan santai. Di sana makan mungkin nomor yang kesekian,” tambahnya, menekankan urgensi misi tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. Gregorius Anung Trihadi, M.P.H, mengapresiasi kecepatan respons dari DIY.
“DIY adalah salah satu yang pertama yang berangkat ke Sumatera. Di DIY, manajemen bencana, begitu ada masalah di daerah lain, biasanya keinginan untuk berangkat banyak,” pungkas dr. Anung. (*)
- Penulis: Warjono






Saat ini belum ada komentar